CITAX

Berdalih demi industri, pemerintah diminta tekan bea masuk impor

berdalih-demi-industri-pemerintah-diminta-tekan-bea-masuk-impor

MERDEKA.COM | 22 SEPTEMBER 2015

Merdeka.com – Selama ini sektor industri masih dipandang sebelah mata. Pemerintah hanya fokus mengembangkan komoditas ekspor yang punya harga jual tinggi di pasar internasional. kebanyakan komoditas berbasis sumber daya alam. Di tengah anjloknya harga komoditas dunia, waktunya untuk melakukan reindustrialisasi.

“Kemarin kita terlalu asik dengan komoditas. Komoditas sudah modalnya sedikit, mudah dan dapatnya banyak. Industri tidak ada insentif. Maka saya kira kebijakan pemerintah harus difokuskan kepada industri,” ujar Executive Director Center For Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo di Hotel Hive, Jakarta, Selasa (22/9).

Menurutnya, langkah mendukung sektor industri dapat dilakukan dengan menurunkan bea masuk barang impor yang menjadi bahan baku atau setengah jadi. Dengan begitu biaya produksi dapat ditekan. Dengan begitu, kata dia, harga kebutuhan masyarakat dari sektor industri tidak akan mengalami kenaikan.

“Impor bahan baku yang akan diproduksi lagi ya, bukan (impor) konsumsi. Itu diperlonggar dengan penurunan bea masuk. Sehingga dalam beberapa bulan ke depan akan ada output yang pertama. Kalau tidak tekanan ekonomi kita akan berat,” terangnya.

Pandangan serupa sebelumnya disampaikan Ketua Tim Penasehat Wakil Presiden, Sofjan Wanandi. Menurutnya, pemerintah sebelum Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak pernah memberikan perhatian khusus pada sektor industri.

“Pertumbuhan industri kita itu kenapa tidak banyak dari dulu? Pemerintah itu tidak pernah memikirkan membantu industrialisasi kita ini karena sudah enak dengan harga barang komoditas kita yang tinggi, ekspor naik terus dengan harga yang baik. Sekarang udah gak ada lagi itu,” katanya, kemarin.

Salah satu solusi untuk mengembangkan sektor industri adalah dengan membangun kawasan industri berikat. Sehingga perusahaan tidak perlu lagi membangun gudang ataupun menyetok barang impor di negara lain.

PT Pertamina Persero menjadi BUMN yang paling diuntungkan dengan adanya kawasan berikat tersebut. Karena selama ini mereka selalu menggelontorkan dana hingga USD 2-3 miliar untuk membeli stok bahan bakar minyak (BBM).

Untuk diketahui, PT Saudi Aramco sudah bersedia melakukan investasi di Indonesia. Mereka masih menganggap negara kepulauan terbesar ini sebagai market menarik di tengah melemahnya harga minyak mentah. Rencananya mereka akan membangun kilang sebagai awal bentuk penanaman modal.

“Tidak usah lagi dia (Pertamina) stok-stok. Nanti kita beli stok pada mereka (Aramco) pakai Rupiah aja. Mereka mau, bisa itung juga. Berapa kurs saat itu berapa. Tapi kita gak usah pusing-pusing cari Dolar susah-susah. Kita kan gak bisa cetak dolar, amerika bisa cetak dolar. Dia kuat bisa buat apa saja. Kita gak bisa cetak dolar. Rupiah tidak laku di luar negeri juga,” tutup Sofjan.

Komentar Anda